Sabtu, 18 April 2015

Alasan Kembali

Bulan demi bulan berlalu. Ibuk mulai terbiasa atau mungkin lebih tepatnya mulai membiasakan diri dengan status baru gue sebagai seorang mualaf. Meskipun demikian, gue tetap mengingat hari raya gue dan mengucapkannya ke keluarga besar. Gue ingin mempertegas bahwa apapun agama yang tertera di KTP gue saat ini, tidak mengubah kepribadian dan bakti gue kepada keluarga. Ketakutan Ibuk kalau gue tidak mau lagi makan bersama atau pulang ke rumah tidak terbukti. Januari lalu gue pulang ke Bali dan ikut menemani Ibuk bersembahyang bersama. Tidak peduli meski itu disalahkan, menurut gue semua tempat ibadah itu rumah Tuhan.
                Dengan kondisi seperti itu, gue mulai merasa tenang. Level stres gue menurun tajam. Karena selama ini jujur saja gue selalu menomor satukan keluarga. Apapun gue lakukan demi membuat mereka bangga dan bahagia. Ketika gue membuat mereka sedih, gue merasa depresi. Rasa bersalah tentu, karena bagaimanapun gue tidak akan mencapai titik ini tanpa doa dan dukungan mereka. Maka dari itu gue sengaja menutup-nutupi status keyakinan gue yang dipertanyakan orang.
                Gue seorang mualaf. Dengan beberapa pengecualian. KTP gue muslim, namun gue terlahir hindu dan mencintai ajaran cinta kasih umat nasrani dan mendambakan hidup damai layaknya seorang Budha. Mungkin kalian masih bertanya-tanya, namun untuk apa kalian masih terus bertanya? Bukankah agama harusnya tabu untuk dipertanyakan? Bukankah cara ibadah adalah hubungan personal antara kita dan Ia yang kita percaya?
                Balik ke topik awal : alasan kembali. Setelah beberapa lama hidup tenang dan mendapat dukungan 100% dari keluarga, gue mulai semangat menulis. Meskipun ada banyak perubahan dari diri gue dulu dan gue yang sekarang. Dulu gue sangat senang meladeni chat di line, email yang masuk ataupun pertanyaan di ask.fm. Kali ini gue lebih tertutup. Gue mengganti ID line, tidak asal menerima invitation friends dari orang asing, tidak mengijinkan anonymus menyumbang komentar di blog ataupun menanyakan hal-hal pribadi di ask.fm. Gak suka? Blokir. Yang gue mau sangat sederhana : menulis dengan tenang. Karena gue berpikir, gue bukanlah Farhat Abbas yang suka mencari masalah. Kenapa harus ada orang yang segitu bencinya dengan gue ataupun tulisan gue? Niat gue hanya berbagi, menghibur dan menyalurkan hobi melalui blog. Apa yang harus dibenci dari itu?

                Jadi setelah beberapa bulan vakum, gue memutuskan kembali. Dan gue sangat sangat berharap kalian semua mengerti. Gue menulis bukan untuk dibenci. Gue menulis kembali hanya untuk menyalurkan hobi sekaligus menghibur diri. Terima kasih.