Senin, 05 Januari 2015

Fairy Tale Of Love

      Ada sebuah quote yang sampai kemarin sangat-sangat tidak gue percaya : cinta sejati tak harus memiliki. Bullshit! Cinta sejati aja udah cukup bikin gue mual, apalagi embel-embel 'tak harus memiliki'. It sounds like a kinda' fairy tales. Sebuah dongeng anonymus yang gak pernah terbukti kebenarannya. Kalau memang gak bisa bersama ya udah gak cinta lagi lah! Mana mungkin lo masih nyimpen perasaan ke orang yang jelas-jelas gak mau sama lo? Setidaknya gue masih memegang teguh ke-antiupatian gue terhadap istilah tersebut hingga kemarin. Tapi seorang mantan berhasil merubah pendapat gue dan sekarang gue yakin, cinta sejati memang tidak selalu harus memiliki.

       Namanya Ayek, dia adalah salah satu mantan gue yang mampu bertahan paling lama diantara cowok-cowok lain. Bad boy, seperti biasa. Seorang gamer sejati dan bajingan yang memikat. Tapi anehnya gue berhasil membuatnya berubah! Waktu SMA gue gak ngerokok, jadi gue selalu memaksa Ayek buat stop ngerokok. Well, memang dia belum berhenti merokok, at least selama berpacaran sama gue, dia mengurangi asupan racun itu ke tubuhnya. Dia mulai rajin kuliah dan yang paling ajaib adalah dia menjadi sangat sangat sangat setia!
       Sayangnya setelah gue ke Jogja dan ke Jakarta, gue mulai dikalahkan jarak. Mungkin begitulah cewek, lebih suka ngejer-ngejer cowok yang menyakitinya dibanding bertahan dengan mereka yang membuatnya bahagia. Akhirnya gue memutuskan hubungan secara sepihak untuk sebuah alasan konyol berjudul : bosan.
      "Ya udah. Kalo memang itu mau kamu... Toh memang kamu terlalu tinggi buat aku." gue inget banget kata-kata terakhirnya saat gue mutusin dia. Gak ada makian, gak ada emosi, dia hanya pergi dan menghapus gue dari kehidupannya. Kontak BBM gue di delete dan akun sosial media gue di block. Gue sama sekali gak tau kehidupan dia beberapa tahun belakangan ini.
     Hingga kemudian karena gue sedang BBMan dengan adiknya, Ayek tiba-tiba menyapa gue di BBM dan seolah tahu masalah yang gue hadapi, ia berkata "kamu kenapa, Nna? Ada masalah apa?"
      Keluarlah semua cerita dan uneg-uneg gue, tentang perasan gue yang merasa dibohongi, tentang gue yang gak terima Maherda masih berhubungan dengan mantannya padahal dia udah nyakitin Maherda begitu parah, tentang hubungan kami yang datar dan perubahan yang gue harap ga kunjung datang.
      "Kamu tau gak Nna? Selama aku hapus kamu dari kehidupanku, aku bener-bener lagi berjuang. Kuliahku yang semester akhir berantakan karena aku gak bisa fokus. Usaha Papa bangkrut dan kami harus pindah ke Denpasar. Aku luntang-lantung cari kerja, bahkan sampai harus jadi sales promotion boy segala. Aku berjuang keras buat ngobatin sakit hati aku yang diputusin begitu aja dengan alasan sesederhana itu. Kamu tau Nna, aku setia banget sama kamu, gak pernah bisa marah dan gak pernah bisa nolak keinginan kamu. Apapun yang kamu mau pasti aku lakuin. Kamu gak ngabarin aku berhari-hari, aku terima. Aku diejek temen-temen 'ah paling bentar lagi kamu dibuang, pramugari pasti pacarannya sama pilot' tapi aku tetep bertahan. Aku percaya banget sama kamu, dan kamu ngancurin hidupku gitu aja. Kamu ga tau itu semua kan? Tapi tetep aja Nna. Sesakit apapun yang kamu lakuin saat itu, aku gak akan pernah bisa mengabaikan kamu. Bahkan setelah aku punya pacar. Bahkan mungkin setelah aku punya istri.
      "You know what? Kamu cinta sejatiku, yang gak bakal pernah bisa aku lupain dan sekaligus gak bisa aku milikin. Kamu bisa ganti cowok berkali-kali, aku bisa ganti cewek berkali-kali. Tapi apa iya, saat kamu di posisi nyaman sama cowok barumu, kamu mau dengerin masalah-masalahku? Nna.... kamu bisa kasih label bajingan ke cowok mana aja. Tapi sebajingan apapun, cowok pasti pernah punya cinta sejati yang mungkin gak akan pernah bisa dia miliki. Buat Maherda, mungkin cewek itu adalah mantannya. Buat aku, cewek itu adalah kamu.
       "Di posisimu itu, gak banyak yang bisa kamu perbuat Nna. Sama kayak cewek aku sekarang, dia mau nangis nangis atau gimanapun, aku gak akan pernah bisa biarin kamu sakit sendirian di sana. Aku pasti bakal sediain bahu aku seandainya aku disana. Aku pasti bakal peluk kamu, sampai tangis kamu berhenti. Sampai kamu ketawa lagi. Biarpun aku harus nyakitin perasaan cewekku sekarang, biarpun aku harus bohong. Aku lebih ga tega biarin kamu sendirian. Dan satu-satunya yang bisa aku harapkan dari cewekku hanya sebuah pengertian. Bahwa secinta apapun aku sama kamu, toh kita emang gak bakal pernah bersatu."
       Gue tertegun. Lamaaaa banget. Sebuah pengakuan yang mengagetkan karena jujur aja gue ngira Ayek hidup bahagia setelah putus sama gue. Gue gak pernah tau bahwa kuliahnya ancur, atau usaha keluarganya bangkrut, atau bahkan dia pernah ngerasain pahitnya panas-panasan jadi seorang SPB. Gue menangis karena sadar gue udah menghancurkan hidup seseorang dan sekarang dengan egoisnya meminta bantuannya. Meminta telinganya, meminta nasihatnya, terus meminta tanpa peduli bahwa dulu gue udah bener-bener menyakitinya.
       "Mungkin ada alasan suamimu berbohong Nna. Dan itulah lemahnya kamu, sekali kamu disakiti, kamu langsung kehilangan cinta begitu saja. Seolah-olah dari setiap percintaan kamu hanya mengharapkan kebahagiaan. Mana bisa, Nna... Saat kamu jatuh cinta, kamu sudah siap dengan segala bahagia ataupun luka. Cinta sejati itu ada Nna.. Bukan dongeng seperti yang kamu kira. Kalau menurutmu apa yang beberapa tahun ini aku lakukan bukan karena aku benar-benar mencintaimu, mungkin kamu harus sedikit membuka mata. Aku cinta cewekku, tapi aku gak akan pernah bisa membenci kamu."
       Bagiku malam itu sebuah dongeng menjadi kenyataan. Dongeng tentang keberadaan cinta sejati yang tak harus memilliki. Yang tidak pernah peduli dengan sakit atau luka, karena cinta hanya tentang memberi baginya. Tak peduli apapun yang ia terima. Karena baginya, cinta sejati itu memang benar ada. Tanpa ada harapan lebih bahwa gue akan memilihnya.